Para peneliti dari national center for atmospheric research (NCAR) dan university of colorado di boulder (CU) telah memanfaatkan teknologi pemodelan komputer untuk menyelidiki fenomena yang terkait dengan kisah nabi musa membelah laut merah.
Mereka mencoba untuk merekonstruksi berbagai kombinasi angin dan gelombang yang mungkin membentuk sebuah jembatan tanah kering.
Studi ini menunjukkan bahwa angin timur yang kuat yang berhembus sepanjang malam dapat mendorong air laut di sebelah utara mesir, sehingga membuka jalan di atas tanah lumpur bagi orang israel untuk menyeberang sebelum air laut kembali menutupi daerah tersebut.
Carl Drews, penulis utama dari penelitian tersebut, yang hasilnya diberitakan oleh the guardian pada hari jumat, tanggal 5 mei 2023, menyatakan bahwa simulasi ini selaras dengan narasi yang terdapat dalam kitab exodus.
Menurutnya, pemisahan air dapat dijelaskan melalui prinsip dinamika fluida, di mana angin dapat menggerakkan air sesuai dengan hukum fisika, menciptakan jalur yang aman dengan air di kedua sisinya, yang kemudian kembali menutup.
Dalam penelitiannya, ia memanfaatkan karya-karya ilmiah terdahulu tentang geografi purba untuk memetakan ulang lokasi dan kedalaman berbagai kanal di delta sungai nil.
Drews menggunakan model komputer untuk mensimulasikan kondisi yang mungkin menyebabkan air membuka area kering. Dia menolak laut merah sebagai lokasi potensial karena bentangannya dari utara ke selatan, tidak cocok dengan deskripsi dalam kitab keluaran tentang air yang terdorong ke satu sisi.
Sebagai alternatif, dia mempertimbangkan area di sepanjang pantai mediterania dekat port said. Di sana, angin dengan kecepatan 63 mph dapat mendorong air ke pantai barat, menciptakan daratan lumpur yang mengering dan membentuk jembatan darat dalam waktu empat jam.
Di sisi lain, ada teori lain yang mengusulkan bahwa tsunami mungkin menyebabkan laut merah surut dan naik. Namun, hal ini tidak konsisten dengan deskripsi dalam Alkitab tentang pemisahan laut yang terjadi secara bertahap sepanjang malam.