PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA), perusahaan yang menjadi pemegang saham utama sctv, berencana untuk membeli tiga perusahaan yang berada di bawah naungan pt elang mahkota teknologi tbk (Emtek).
Transaksi ini dianggap sebagai transaksi afiliasi karena emtek juga memiliki kepemilikan pada scma.
Ketiga perusahaan yang fokus pada media digital / online adalah pt kapanlagi dot com networks (Kapanlagi youniverse/kly), pt vidio dot com (Vidio.com) dan pt binary ventdra indonesia yang memiliki mayoritas saham (60%) dari pt estha yudha ekatama (EYE Corp.).
Rencananya, akuisisi dari ketiga perusahaan ini akan dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2019 mendatang.
Scma berencana untuk melakukan akuisisi saham dari tiga perusahaan tersebut milik emtek melalui perjanjian pertukaran saham dengan harga Rp 2.446 per saham atau di atas harga saat ini sebesar Rp 1.615 per saham.
Transaksi akuisisi ketiga perusahaan ini memiliki nilai total mendekati 1 kali nilai buku atau sekitar Rp 360 miliar.
Untuk melaksanakan rencana ini, scma berencana mengadakan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada hari Kamis, 16 Mei 2019, dengan tujuan meminta restu dari pemegang saham terkait rencana akuisisi tiga perusahaan media digital.
Pada tanggal 21 Maret 2019, direktur scma, Rusmiyati Djajaseputra, menyampaikan informasi terbuka melalui situs resmi bursa efek indonesia (BEI) mengenai tujuan akuisisi ini, yaitu untuk memperkuat dan meningkatkan posisi serta kinerja scma sebagai perusahaan media dan konten yang terintegrasi sepenuhnya.
“Akuisisi ini diharapkan dapat menyatukan audiens yang menonton televisi (TV) dengan pengguna media daring di berbagai wilayah di indonesia,” kata Rusmiyati.
Dalam penelitiannya, analis mirae asset sekuritas, Christine Natasya, menyebut bahwa keputusan scma untuk membeli perusahaan digital emtek disebabkan oleh stagnasi bisnis televisi siaran bebas (FTA) yang mulai beralih ke media digital seiring dengan pertumbuhan penggunaan internet.
“Peningkatan ekosistem over the top (OTT) mendorong banyak perusahaan untuk memasang iklan di media daring,” ungkap Christine. Sebelumnya, direktur utama scma, Sutanto Hartono, menyatakan bahwa bisnis tv saat ini mengalami kejenuhan, hanya tumbuh sekitar 6-8% setiap tahun.
Prospek Bisnis KLY, Vidio dan EYE
Dengan melakukan akuisisi terhadap tiga perusahaan, scma berharap dapat menambah pendapatan usahanya hingga mencapai Rp 900 miliar setiap tahun.
Jika proses pengambilalihan perusahaan-perusahaan tersebut terjadi pada Mei 2019, tambahan pendapatan pada tahun ini diperkirakan sekitar Rp 500 miliar.
KLY diprediksi akan memberikan sumbangan laba bersih sekitar Rp 25-35 miliar dengan pendapatan usaha total sebesar Rp 250 miliar per tahun. Emtek telah menginvestasikan total dana sekitar Rp 429 miliar pada kly, sementara scma akan mengakuisisi kly dengan harga sekitar Rp 192 miliar.
Di sisi lain, eye diperkirakan dapat memberikan laba bersih sekitar Rp 10 miliar setiap tahun melalui bisnis billboard digital out-of-home (OOH)-nya. SCMA berencana untuk menjadikan eye sebagai fokus utama bisnisnya.
Saat ini, eye memiliki 76 layar billboard yang tersebar di jakarta, bandung dan lombok. Meskipun pengiklan di indonesia saat ini masih kurang tertarik pada media ooh, tren menunjukkan pergeseran dari iklan televisi yang dominan menjadi media online karena perkembangan internet yang begitu pesat.
Hal ini akan mendorong perusahaan untuk beralih ke media non-televisi dalam upaya pemasaran mereka.
Saat ini, vidio mengalami kerugian bersih sekitar Rp 3-4 miliar per bulan, meskipun memiliki sekitar 10 ribu langganan berbayar. Investasi total emtek di vidio hingga Maret 2019 mencapai Rp 240 miliar, sedangkan scmaakan mengakuisisi vidio dengan harga Rp 115 miliar.
Christine menganggap kinerja vidio yang masih merah saat ini akan menjadi tantangan utama bagi scma dalam proses akuisisi. Meski begitu, ia melihat potensi besar dalam vidio jika berhasil.
Namun, proyeksi pendapatan usaha dan keuntungan dari ketiga perusahaan itu tidak dihitung dalam penilaian harga saham scma. “Kami menyarankan untuk tetap ‘hold’ untuk saat ini dengan risiko jumlah pelanggan yang lebih tinggi dari perkiraan untuk vidio premier,” ungkap Christine.