Barry diller, seorang miliarder yang mendirikan konglomerasi media dan juga pendiri jaringan televisi fox serta anggota dewan komisaris expedia, menyatakan keprihatinannya terhadap teknologi kecerdasan buatan seperti chatgpt yang menurutnya perlu pengaturan yang lebih ketat.
Menurut diller, saat ini hukum belum cukup melindungi hak-hak para pencipta. Ia menyoroti bahwa platform ai seperti chatgpt saat ini dapat menggunakan berbagai jenis karya, termasuk buku, rekaman dan video, untuk mengembangkan kecerdasannya tanpa batasan.
Diller menyampaikan bahwa konsep penggunaan yang wajar atau ‘fair use’ perlu didefinisikan kembali dalam konteks ai.
Ia berpendapat bahwa apa yang dilakukan oleh ai saat ini merupakan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip dasar hukum hak cipta, karena secara efektif ‘menyedot’ semua jenis karya tanpa izin. Diller menekankan bahwa dalam konteks ai, konsep ‘fair use’ tidak dapat diterapkan.
Bukan hanya diller yang merasa khawatir. Penulis terkenal termasuk george r.r. martin dan john grisham telah mengajukan gugatan hukum terhadap openai, menuduh perusahaan tersebut melanggar hak cipta.
Selain itu, penulis skenario di hollywood juga terus melakukan pemogokan, dengan salah satu fokus tuntutan mereka adalah penggunaan ai. Menurut laporan terbaru, sudah ada perjanjian yang tercapai antara serikat penulis dan studio film.
Di sisi lain, perdebatan intens terjadi antara perusahaan media dan perusahaan teknologi ai, khususnya openai yang menciptakan chatgpt, mengenai penggunaan konten untuk “melatih” platform ai generatif.
Para kritikus berpendapat bahwa undang-undang as menetapkan batasan berapa banyak dari suatu karya intelektual yang bisa digunakan tanpa izin atau kompensasi.
Namun, teknologi ai generatif dan model bahasa seperti chatgpt menggunakan “seluruh konten” sebagai dasar pengetahuannya, sehingga dianggap melanggar hukum.
Diller menyebutkan bahwa dirinya sering berdebat dengan ceo openai mengenai masalah hak cipta ini. Sama seperti diller, altman juga merupakan anggota dewan komisaris expedia.
“Sam beranggapan bahwa ‘fair use’ memberinya hak untuk menggunakan segala karya yang telah diterbitkan. Menurut saya, itu tidak tepat.”