Selama pandemi covid-19, perubahan besar terjadi di dunia usaha. Perusahaan-perusahaan konvensional beralih dengan cepat ke ranah digital.
Dalam situasi new normal, banyak perusahaan terdorong untuk beralih ke platform digital. Perusahaan besar pun berkolaborasi dan bersinergi dengan startup atau perusahaan pengembang platform digital untuk mempercepat proses ini.
Alamanda shantika santoso, presiden direktur binar academy dan advisor di mandiri capital indonesia, menyatakan bahwa transformasi dan kolaborasi adalah suatu keharusan. Perusahaan yang tadinya enggan membuat aplikasi untuk mendukung bisnis utama, kini malah aktif mengembangkan platform digital.
“Perusahaan konvensional sekarang ini sedang mengalami transformasi besar-besaran ke arah digital. Misalnya, rumah sakit dan toko kelontong yang mengembangkan platform digital mereka sendiri,” kata alamanda.
“Saat ini, ada tren menarik di mana perusahaan konvensional dan startup digital saling berkolaborasi. Banyak perusahaan besar, termasuk bumn, melakukan investasi langsung ke startup digital untuk mencari sinergi,” tambahnya.
Beberapa perusahaan swasta nasional seperti bca melalui central capital ventura, astra internasional, bank ocbc nisp melalui ocbc nisp ventura dan bank cimb niaga dengan genesis alternatives ventures, telah berinvestasi langsung di startup.
Begitu juga dengan bumn seperti bri melalui bri ventura investama, bank mandiri melalui mandiri capital indonesia dan telkom melalui mdi venture.
Manfaat investasi mandiri di startup digital, menurut alamanda, adalah memperkuat bisnis yang ada dan mempercepat transformasi digital. Ini membantu mandiri dalam mengubah model bisnis, kemampuan dan kapasitas sdm.
“Perusahaan konvensional seharusnya tidak bersaing dengan startup digital, tetapi harus bersinergi dan berkolaborasi. Kedua tipe perusahaan ini memiliki nilai masing-masing,” jelas alamanda.
Perusahaan konvensional yang besar mungkin kesulitan dalam transformasi digital dan memerlukan waktu lama. Namun, investasi dan kolaborasi dengan startup digital dapat mempermudah dan mempercepat proses ini.
“Di mandiri, kami saling bersinergi. Contohnya, bank mandiri menjual produk melalui startup yang mereka investasi. Seperti mandiri sekuritas yang menjual obligasi retail melalui koinworks, atau axa mandiri yang menjual asuransi melalui amartha,” terangnya.
Bank mandiri dan startup binaannya saling memanfaatkan channel masing-masing. Misalnya, kolaborasi bank mandiri dengan startup untuk mengembangkan robo advisors investment.
“Kolaborasi antara bank mandiri dan startup sangat menguntungkan. Ini berbeda dari beberapa tahun lalu, ketika perusahaan konvensional dan startup masih bersaing,” kata alamanda.
Pasca covid-19, menurut alamanda, industri startup lebih sehat. Jika dulu startup terkenal dengan ‘bakar uang’, sekarang mereka lebih fokus pada rencana bisnis dan profitabilitas.
“Yang kami inginkan di industri startup adalah kolaborasi, sinergi dan tidak lagi ada pembakaran uang yang tak terkendali. Ini membuat startup digital lebih sehat dan menjanjikan keuntungan,” kata alamanda.
Mandiri capital sekarang fokus pada startup yang mengembangkan bisnis berkelanjutan dan ramah lingkungan. Startup yang mengembangkan solar panel dan home garden dinilai memiliki potensi besar.
Alamanda juga menilai bahwa perusahaan yang dulunya startup tapi kini menjadi decacorn sudah memikirkan profitabilitas dan potensi tumbuh mereka. Perusahaan decacorn ini sudah berencana untuk ipo.
Mandiri capital saat ini tertarik pada startup tahap awal hingga series a, b, c, karena investasi pada tahap awal tidak memerlukan dana besar. Meskipun investasi awal berisiko, tapi bisa memberikan keuntungan besar.
“Berinvestasi di tahap awal memang seperti judi, tapi risiko di series b atau c lebih kecil. Investor yang ingin berinvestasi di perusahaan decacorn membutuhkan dana besar, tapi risikonya lebih terkelola,”