Belakangan ini, terdapat peningkatan kasus penipuan yang bertujuan mengosongkan rekening korban. Metode umum yang digunakan adalah melalui pesan di aplikasi whatsapp.
Contohnya, penipu mengirim undangan pernikahan digital ke nomor whatsapp target. Dalam undangan itu, mereka meminta penerima untuk membuka link yang sebenarnya adalah file apk berbahaya yang harus diunduh oleh korban.
Semuel abrijani pangerapan, direktur jenderal aplikasi informatika kementerian komunikasi dan informatika, mengungkapkan bahwa para penipu biasanya memulai dengan membuat akun bank menggunakan nama orang lain.
Setelah akun tersebut dibuat, individu yang namanya digunakan akan diberikan sejumlah uang dan kemudian rekening tersebut akan dikuasai oleh penipu tersebut.
“Ketika kami melakukan pengamatan di lapangan, kami menemukan bahwa mereka memanfaatkan orang lain untuk membuat akun bank, lalu memberi mereka kompensasi dan akhirnya mengambil alih akun tersebut,” papar semuel, seperti dilaporkan pada hari sabtu (30/9/2023).
Berikut adalah beberapa cara penipuan yang sering terjadi di era digital saat ini:
1. Tawaran Menggiurkan
Semuel mengingatkan bahwa tawaran yang terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan seringkali merupakan indikasi penipuan. Sebagai contoh, ia menyoroti penawaran ponsel dengan harga yang sangat rendah dibandingkan harga pasaran.
“Berhati-hatilah dengan tawaran yang tampaknya tidak realistis, seperti hp yang biasanya dihargai Rp 10 juta ditawarkan hanya Rp 2 juta. Itu jelas merupakan scam,” ujar semuel.
2. Telepon, Chat, atau SMS Tidak Jelas
Semuel menjabarkan ciri kedua sebagai menerima pesan yang ambigu dari seseorang yang tidak familiar. Hal ini dapat berwujud panggilan telepon, pesan whatsapp, atau sms.
“Seperti contohnya undangan, pengirimnya orang tak dikenal, begitu juga orang yang menikah. Rasa ingin tahu masyarakat membuat mereka langsung membuka tautan tersebut,” katanya.
3. Penipuan Social Engineering
Cara lain yang digunakan oleh para penipu adalah dengan penerapan teknik social engineering. Mereka memanfaatkan kelemahan korban untuk melancarkan aksinya.
“Melalui social engineering, mereka mengeksploitasi kelemahan kita,” ujar semuel.