77 Contoh Majas Metafora Lengkap dengan Penjelasan dan Ciri – Cirinya!

Majas merupakan teknik bahasa atau elemen retoris yang diterapkan dalam berkomunikasi untuk menambahkan pesona, ketegasan, atau intensitas dalam sebuah teks atau dialog. Penggunaan majas biasanya melibatkan pemilihan kata atau frase yang unik atau tidak standar, memberikan nuansa kreatif atau imajiner pada penggunaan bahasa.

Dalam berbagai konteks seperti sastra, orasi, periklanan dan lain-lain, majas berperan untuk mempengaruhi emosi, pemahaman, serta pandangan dari pendengar atau pembaca. Sebagai contoh, majas metafora sering ditemui dalam percakapan sehari-hari.

Apakah majas metafora itu dan apa sajakah contoh-contohnya? Mari kita pelajari lebih lanjut mengenai majas metafora melalui pembahasan berikut!

Ringkasan

Majas metafora merupakan salah satu gaya bahasa yang berfungsi untuk membandingkan dua objek yang tidak sama dengan menyatakan bahwa satu objek adalah objek lainnya.

Karakteristik dari majas metafora terletak pada penggabungan dua objek yang berlainan dengan mendeskripsikan salah satunya sebagai objek lain, tanpa memakai kata-kata perbandingan seperti “seperti” atau “bagai”.

Sebagai contoh, frasa “pria itu adalah seorang buaya darat” atau “otak udang yang malas membaca” dan “anak bawang yang tidak dapat diandalkan” merupakan beberapa contoh dari majas metafora. Jenis majas ini termasuk dalam kategori majas perbandingan.

Apa itu Majas Metafora?

Metafora merupakan teknik retorika dimana dua hal yang berbeda disandingkan untuk menggambarkan persamaan atau relasi mereka, tanpa menggunakan kata-kata perbandingan seperti “seperti” atau “bagai”.

Teknik ini melibatkan pemindahan makna secara implisit dari satu objek ke objek lain, memungkinkan penjelasan atau penggambaran konsep melalui konsep lain yang tidak secara langsung terhubung, namun memiliki aspek kesamaan.

Hal ini memungkinkan metafora untuk menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan memperkaya bahasa dengan imajinasi yang lebih kaya dan berwarna.

Pengertian Majas Metafora Menurut Para Ahli

“Ini adalah penjelasan tentang metafora dari perspektif berbagai pakar.”

1. Menurut aristoteles

Dalam bukunya “Retorika”, aristoteles mendefinisikan metafora sebagai penggunaan istilah atau ungkapan yang diambil dari konteks lain untuk memberikan deskripsi tentang suatu subjek yang sedang dibahas.

2. Menurut i.a. richards

I.a. richards ialah seorang pakar sastra, menjelaskan metafora sebagai keterkaitan unik antara dua elemen yang pada dasarnya tidak berhubungan, tetapi dikaitkan melalui pemilihan kata-kata yang menyatukannya.

3. Menurut max black

Filosof max black mendeskripsikan metafora sebagai proses perubahan, di mana sebuah objek atau gagasan dijelaskan melalui objek atau gagasan yang berbeda.

4. Menurut paul ricoeur

Filsuf paul ricoeur memandang metafora sebagai kemampuan untuk mempersepsikan suatu realitas dari perspektif berbeda, yang memfasilitasi kita dalam menginterpretasikan konsep dengan pemahaman yang lebih mendalam dan beragam.

5. Menurut george lakoff dan mark johnson

Dalam karya mereka yang berjudul “Metaphors we live by,” lakoff dan johnson menyampaikan gagasan bahwa metafora tidak sekadar elemen linguistik, tetapi juga refleksi fundamental terhadap bagaimana kita memahami dunia. Mereka menyatakan bahwa metafora mempengaruhi proses berpikir kita serta interaksi kita dengan lingkungan.

Metafora pada dasarnya berfungsi sebagai alat untuk memudahkan pemahaman, menciptakan bayangan yang lebih mendalam dan menimbulkan emosi atau pandangan tertentu dalam sebuah teks atau dalam berkomunikasi.

Sebagai contoh, frase “laut kehidupan” menggambarkan kehidupan sebagai samudra yang luas dan penuh ketidakpastian.

Contoh Majas Metafora

  • Kehadirannya disambut dengan senyuman manis. (Senyuman manis = Senyum yang membuat orang lain gembira ketika melihatnya)
  • Matanya sejuk menatapku. (Matanya sejuk = pandangan orang tersebut memberikan sensasi positif yang menenangkan atau membahagiakan)
  • Raja itu menjadi tersulut api amarah. (api amarah = seseorang merasakan emosi marah yang sangat kuat dan intens)\
  • Pria itu adalah seorang buaya darat. (Buaya darat = seorang pria yang suka mendekati banyak wanita dan berganti pasangan)
  • Memang si otak udang, malas membaca. (Otak udang = Bodoh)
  • Sore itu awan menangis. (Awan menangis = hujan sedang turun)
  • Perpustakaan adalah gudang ilmu pengetahuan ( Gudang ilmu = tempat di banyak pengetahuan tersedia)
  • Akhirnya Desi menikah dengan pujaan hatinya. (Pujaan hati = Kekasihnya)
  • Jangan berkecil hati, tetap semangat! (Berkecil hati = merasa terpuruk atau terluka)
  • Banyak tikus berdasi di kantor ini. (Tikus berdasi = koruptor)
  • Dasar dia memang sampah masyarakat. (Sampah masyarakat = Perilaku yang merugikan atau merusak masyarakat)
  • Mereka semua memasang muka tembok. (Muka tembok = Tidak bisa diajak berkomunikasi)
  • Gadis cantik itu adalah kembang desa di kampung ini. (Kembang desa = Seseorang yang paling cantik di lingkungannya)
  • Karena perilakunya, dia sering menjadi buah bibir sekampung. (Buah bibir = Bahan perbincangan)
  • Hati-hati dengan orang itu, dia panjang tangan. (Panjang tangan = Suka mencuri)
  • Dimas adalah tangan kanan pak yudi. (Tangan kanan = Orang kepercayaan)
  • Seratus rumah habis dilahap si jago merah. (Si jago merah = api)
  • Dasar kepala batu! Dinasehati tak pernah mendengar. (Kepala batu = Keras kepala)
  • Ani selalu menjadi bintang kelas sejak dulu. (Bintang kelas = Siswa paling berprestasi di kelas)
  • Hormatilah ayahmu, dia banting tulang setiap hari demi keluarga. (Banting tulang = Kerja keras)
  • Permasalahan ini harus diselesaikan dengan kepala dingin. (Kepala dingin = tenang atau bijaksana)
  • Wanita itu memiliki sifat bermuka dua. (Bermuka dua = tidak jujur atau manipulatif)
  • Dalam mengambil keputusan, janganlah berat sebelah! (Berat sebelah = tidak adil)
  • Kasus pembunuhan fs telah di bawah ke meja hijau. (Meja hijau = pengadilan)
  • Andi bukan orang sembarangan, dia adalah keturunan darah biru. (Darah biru = bangsawan)
  • Jangan heran, dia memang adalah anak emas di kelas ini! (Anak emas = anak kesayangan)
  • Dia selalu mengkambinghitamkan orang lain, padahal dia sendiri berbuat jahat. (Mengkambinghitamkan orang lain = menyalahkan atau menuduh orang lain)
  • Sekarang waktunya kita unjuk gigi di depan panggung. (Unjuk gigi = menunjukkan kemampuannya)
  • Setiap pulang, ayah selalu membawa buah tangan dari luar kota. (Buah tangan = oleh-oleh)
  • Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. (Pahlawan tanpa tanda jasa = Orang-orang yang melakukan tindakan berjasa besar bagi masyarakat tanpa mendapatkan pengakuan atau penghargaan)
  • Ayah dan ibu sangat menyayangi buah hatinya. (Buah hati = anak)
  • Pengetahuan adalah jendela dunia. (Jendela dunia = media untuk memahami dunia luar)
  • Kita harus selalu rendah hati kepada siapa pun. (Rendah hati = Bersikap baik)
  • Bencana ini adalah takdir, kita harus berlapang dada. (Lapang dada = Menerima dengan ikhlas dan tenang)
  • Si kutu buku itu sepanjang hari hanya di perpustakaan. (Kutu buku = seseorang yang gemar membaca sampai lupa waktu)
  • Senyummu bagaikan embun pagi yang menyejukkan. (Senyummu bagai embun pagi = Senyumannya membuat tenang orang yang melihatnya)
  • Setelah ayahnya tidak ada, kini Lina menjadi tulang punggung keluarga. (Tulang punggung = orang yang menopang segala kebutuhan)
  • Si raja hutan tengah berburu mangsanya. (Raja hutan = Singa)
  • Meskipun sedang naik daun, artis itu tidak pernah sombong. (Naik daun = Terkenal)
  • Anak-anak muda adalah tunas-tunas bangsa. (Tunas bangsa = Generasi muda harapan bangsa)
  • Perempuan itu bekerja sebagai kupu-kupu malam. (Kupu-kupu malam = seseorang yang terlibat dalam perilaku kurang terhormat dan biasanya berada di tempat hiburan malam)
  • Seorang anak adalah harta karun bagi kedua orang tuanya. (Harta Karun = Sesuatu yang memiliki nilai besar)
  • Dewi malam memancarkan cahayanya malam ini. (Dewi = bulan)
  • Kau adalah belahan jiwaku satu satunya. (Belahan jiwa = orang yang dicintai begitu dalam)
  • Raja siang menyengat terik dari sisi timur. (Raja siang = matahari)
  • Dia mati kutu tak bisa berkutik saat warga memergokinya. (Mati kutu = tidak berdaya atau tidak bisa berbuat apa-apa)
  • Wanita adalah tulang rusuk laki-laki. (Tulang rusuk = Bagian yang hilang dari seorang laki-laki)
  • Ini sudah tanggal tua, kita perlu berhemat. (Tanggal tua = Kondisi keuangan mulai menipis karena belum gajian)
  • Suaminya memang ringan tangan, selalu memukul istrinya. (Ringan tangan = suka memukul)
  • Si anak bawang tak pernah bisa diandalkan. (Anak bawang = anak yang tidak diperhitungkan)
  • Jangan pernah dengarkan omongan si mulut buaya. (Mulut buaya = orang yang berbicara tidak sesuai kebenarannya, atau penipu)
  • Banyak orang yang selalu mencari muka ke atasan. (Cari muka = berbuat baik hanya ingin dinilai baik demi mendapatkan sesuatu
  • Sekarang sulit mencari kerja kalau tak ada orang dalam. (Orang dalam = orang yang berada di dalam lingkungan pekerjaan atau golongan)
  • Kalian harus tutup mulut agar masalah tak jadi panjang. (Tutup mulut = diam)
  • Pejabat itu selalu cuci tangan dalam setiap kasus. (Cuci tangan = tidak bertanggung jawab)
  • Dasar laki-laki hidung belang! (Hidung belang = lelaki yang memiliki sifat suka mengganggu perempuan)
  • Mari kita berpikir dan berjiwa besar! (Berjiwa besar = menggunakan pikiran dan jiwa secara baik untuk menghadapi persoalan hidup)
  • Tina cuma bisa gigit jari melihat tiketnya hangus. (Gigit jari = kecewa)
  • Anak-anak ini hidup sebatang kara. (Sebatang kara = hidup sendirian)
  • Hati-hati terhadap buaya darat yang suka merayu wanita. (Buaya darat = suka menggoda wanita)
  • Mereka semua sudah masuk ke dalam daftar hitam polisi. (Daftar hitam = daftar nama seseorang yang melakukan tindakan buruk)
  • Banyak orang menjadi gelap mata saat melihat harta benda. (Gelap mata = tidak dapat berpikir terang)
  • Jangan percaya itu hanyalah kabar burung. (Kabar burung = berita yang belum tentu kebenarannya)
  • Orang gila itu menyakiti orang-orang di sekitarnya secara membabi buta. (Membabi buta = mengamuk atau bertindak tanpa perhitungan)
  • Sudah dibantu, malah lupa daratan. (Lupa daratan = berbuat sesuatu yang melampaui batas)
  • Kejadian itu membuatnya naik pitam. (Naik pitam = emosi atau marah)
  • Mari bertindak jangan hanya berpangku tangan. (Berpangku tangan = malas-malasan)
  • Mulutmu harimaumu! (Perkataan kita dapat melukai hati orang lain)
  • Wanita genit itu selalu bermain mata dengan suami orang. (Bermain mata = menggoda)
  • Banyak pahlawan yang gugur di medan perang. (Gugur di medan perang = tewas atau meninggal)
  • Dia memang baik dan murah hati = (murah hati=suka menolong)
  • Para saksi akhirnya angkat bicara di pengadilan= (angkat bicara = mulai berbicara)
  • Akal bulusmu itu tidak bisa menipuku. (Akal bulus = tipu muslihat yang licik)
  • Aliran sesat ini telah mencuci otak para pengikutnya. (Mencuci otak = mempengaruhi pikirannya)
  • Pendeta memiliki buku putih yang tak bisa dibuka siapa pun. (Buku putih = buku yang berisi kebijakan tertentu)
  • Dasar kepala udang, makanya sebelum bertindak dipikir dulu. (Kepala udang = bodoh)
  • Dia menjadi buah bibir setelah viral di media sosial. (Buah bibir = bahan pembicaraan)

Jenis – Jenis Majas

Dalam bahasa dan sastra, terdapat beberapa varian metafora yang digunakan. Beberapa jenis metafora yang sering ditemui termasuk yang berikut ini:

1. Majas Perbandingan

Majas perbandingan merupakan salah satu bentuk majas retoris yang digunakan untuk membandingkan dua objek yang berbeda dengan menggunakan kata-kata atau frasa yang memuat unsur perbandingan, seperti “seperti,” “bagai,” “serupa,” “mirip” dan sejenisnya.

Fungsi dari majas perbandingan adalah untuk menjelaskan, memperkuat, atau memberikan kehidupan pada deskripsi atau penyampaian suatu gagasan dengan menghubungkan suatu objek dengan yang lain yang memiliki kesamaan atau perbedaan tertentu.

Contoh-contoh dari majas perbandingan:

“Dia cepat seperti kilat dalam berlari.”
“Wajahnya cerah bagai matahari terbit di pagi hari.”
“Senyumnya manis seperti gula.”
“Rambutnya hitam seperti malam gelap.”
“Suara merdu seperti alunan melodi angin.”

Pada contoh-contoh di atas, terdapat perbandingan antara objek-objek yang berbeda yang diekspresikan melalui kata-kata seperti “seperti” atau kata-kata serupa. Melalui majas perbandingan ini, kita dapat lebih jelas membayangkan atau merasakan sesuatu dengan menggunakan perbandingan yang kuat.

a. Majas Alegori

Majas alegori adalah bentuk gaya bahasa yang menggunakan kisah, deskripsi, atau narasi yang lebih panjang untuk mengilustrasikan ide, konsep, atau pesan yang lebih kompleks.

Dalam alegori, unsur-unsur dalam cerita atau deskripsi tersebut memiliki makna simbolis yang lebih dalam dan sering kali menyampaikan pesan moral, sosial, politik, atau filosofis.

Alegori memiliki kemampuan untuk menciptakan perbandingan yang kompleks dan memungkinkan pembaca atau pendengar untuk memahami ide-ide yang lebih abstrak melalui representasi konkret dalam cerita.

b. Majas Metafora

Majas metafora adalah bentuk ekspresi bahasa yang digunakan untuk menyamakan dua entitas yang berbeda tanpa harus memakai kata-kata perbandingan seperti “seperti” atau “bagai”.

Dalam penggunaan metafora, suatu objek atau konsep diperbandingkan atau dihubungkan dengan objek atau konsep lainnya, dengan tujuan menggambarkan kesamaan atau hubungan antara keduanya.

Metafora membantu mengilustrasikan suatu ide atau konsep dengan cara mengaitkannya dengan objek atau konsep lainnya, sehingga diharapkan pembaca atau pendengar dapat memahami atau melihatnya dari sudut pandang yang berbeda atau lebih dalam.

c. Majas Metonimia

Metonimia adalah salah satu gaya bahasa yang menggantikan kata dengan kata lain yang memiliki hubungan langsung atau keterkaitan dengan kata yang digantikannya.

Dalam penggunaan metonimia, kedua kata tersebut harus memiliki hubungan yang erat dalam situasi atau konteks tertentu. Pemakaian metonimia dapat memperkaya teks dengan memberikan lapisan makna tambahan atau menggambarkan hubungan yang lebih kompleks antara objek atau konsep yang dimaksud.

d. Majas Litotes

Majas litotes adalah gaya bahasa di mana penulis atau pembicara menggunakan pengurangan berlebihan untuk mencapai efek retoris khusus. Dalam litotes, informasi disampaikan dengan mengurangkan unsur yang berlebihan atau mengurangi penekanan, seringkali dengan mengungkapkan hal sebaliknya dari yang dimaksudkan.

Teknik ini dapat digunakan untuk menciptakan kesan pernyataan yang sederhana atau untuk menekankan suatu konsep dengan cara yang lembut.

e. Majas Hiperbola

Majas hiperbola adalah teknik bahasa yang dimanfaatkan untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pernyataan secara berlebihan atau berlebih-lebihan.

Dalam hiperbola, pengarang atau pembicara dengan sengaja menggambarkan sesuatu dengan cara yang jauh lebih dramatis atau berlebihan daripada apa yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dengan maksud untuk mengungkapkan emosi, menarik perhatian, atau menciptakan efek retoris yang sangat kuat.

f. Majas Pars Pro Toto

Majas “pars pro toto” adalah figuratif yang sering digunakan dalam bahasa untuk menggambarkan konsep bahwa bagian dari sesuatu bisa mencerminkan keseluruhan, atau sebaliknya, keseluruhan dapat mewakili bagian.

Secara etimologi, istilah “pars pro toto” berasal dari bahasa Latin yang berarti “bagian menggantikan keseluruhan.” Dalam konteks majas pars pro toto, ini membantu kita untuk memberikan gambaran yang lebih luas atau komprehensif dengan hanya merujuk pada bagian tertentu dari suatu ide atau objek.

Penting untuk memiliki pemahaman yang baik tentang konteks dan konsep secara keseluruhan agar dapat mengenali penggunaan majas ini dengan tepat.

g. Majas Eufimisme

Majas eufemisme adalah bentuk penggunaan bahasa yang dimanfaatkan untuk menggantikan kata-kata atau frasa yang kasar, tidak pantas, atau terlalu tegas dengan ungkapan yang lebih halus, sopan, atau kurang kontroversial.

Penggunaan eufemisme bertujuan untuk mengurangi atau menyamarkan kata-kata yang bisa dianggap tidak sesuai atau sensitif oleh pendengar. Eufemisme sering dipakai dalam berbagai situasi, seperti ketika berbicara tentang hal-hal yang berkaitan dengan kematian, penyakit, atau topik yang peka secara sosial.

Fungsinya adalah untuk menjaga tata krama, menghindari melukai perasaan orang lain, atau mengurangi ketegangan dalam komunikasi.

Walaupun eufemisme dapat membantu menjadikan percakapan lebih bersahabat, namun terkadang mereka juga bisa membuat pesan yang disampaikan menjadi kurang tegas atau kurang jelas, tergantung pada konteksnya.

h. Majas Personifikasi

Majas personifikasi adalah retorika yang mengatribusikan sifat-sifat manusia kepada objek, hewan, atau konsep abstrak yang sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk berperilaku seperti manusia. Dalam personifikasi, objek tersebut diolah seakan-akan memiliki emosi, niat, atau tindakan yang manusiawi.

Penggunaan personifikasi bertujuan untuk memperkaya bahasa dan karya sastra dengan memasukkan elemen emosi, citra yang hidup dan unsur kreatif. Dengan memberikan ciri-ciri manusia pada objek yang bukan manusia, personifikasi dapat meningkatkan pengalaman pembaca atau pendengar.

i. Majas Ironi

Majas ironi adalah sebuah gaya bahasa yang mengilustrasikan situasi di mana terdapat perbedaan antara apa yang sebenarnya terjadi dengan apa yang diharapkan atau diungkapkan secara verbal.

Penggunaan ironi seringkali digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersembunyi atau untuk menciptakan kontrast antara apa yang dinyatakan atau terlihat dengan realitas yang sebenarnya.

Penggunaan ironi dalam bahasa dan sastra bertujuan untuk mengekspresikan perbedaan antara harapan dan kenyataan, untuk menyampaikan komentar sinis, atau untuk menciptakan efek yang kuat dalam penyampaian pesan.

j. Majas Sarkasme

Majas sarkasme adalah bentuk gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan sindiran atau pernyataan sinis dengan maksud untuk mengkritik atau mengejek dengan cara yang halus atau merendahkan.

Dalam sarkasme, seringkali kata-kata yang digunakan memiliki arti yang bertentangan dengan maknanya sebenarnya atau digunakan dengan nada yang mencerminkan ketidaksetujuan atau kekecewaan.

Sarkasme sering dipakai untuk menyampaikan kritik secara terselubung atau mengekspresikan ketidaksetujuan dengan cara yang tidak langsung.

Meskipun demikian, karena sarkasme bisa diartikan dengan berbagai cara tergantung pada konteks dan intonasi, penting untuk berhati-hati agar tidak dengan kasar menyinggung atau mengolok-olok orang lain.

k. Majas Sinisme

Majas sinisme adalah sebuah bentuk ekspresi bahasa yang digunakan untuk mengekspresikan pendapat yang merendahkan, sinis, atau mencemooh dengan maksud untuk mengkritik, mengejek, atau menunjukkan ketidaksetujuan dengan tegas dan tajam.

Sinisme sering kali mencerminkan rasa kekecewaan atau skeptisisme terhadap suatu situasi atau gagasan dan cenderung mengecilkan atau mencemooh hal tersebut.

Sinisme dapat menjadi alat untuk menyampaikan pandangan kritis secara tajam, tetapi juga dapat terasa tidak sopan jika tidak digunakan dengan tepat. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempertimbangkan audiens dan konteks ketika menggunakan sinisme dalam komunikasi.

l. Majas Pleonasme

Majas pleonasme adalah penggunaan kata-kata atau frasa yang sebenarnya tidak diperlukan dalam suatu kalimat karena mereka sudah mencakup makna yang sama atau serupa. Dalam pleonasme, kata-kata yang digunakan hanya mengulangi konsep yang sudah jelas dari konteks kalimat tersebut.

Pleonasme seringkali muncul dalam percakapan sehari-hari dan sastra sebagai alat gaya untuk memberikan penekanan atau efek yang kuat pada suatu gagasan. Namun, terkadang, pleonasme bisa dianggap sebagai penggunaan berlebihan kata-kata atau kurang tepat dalam penyampaian pesan.

m. Majas Repetisi

Majas repitisi atau sering disebut sebagai pengulangan, adalah gaya bahasa yang mengimplikasikan penggunaan berulang-ulang kata-kata, frasa, atau kalimat dalam situasi yang serupa atau mirip untuk menekankan suatu ide atau menciptakan efek retoris yang kuat.

Dalam majas repitisi, pengulangan bisa digunakan untuk memperkuat pesan, meningkatkan efek emosional, atau membuat informasi lebih mudah diingat oleh pendengar atau pembaca.

Penggunaan pengulangan dapat memberikan ritme dan irama tertentu pada teks, menguatkan inti ide dan menarik perhatian pembaca atau pendengar. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan berlebihan dari pengulangan juga dapat membuat teks terdengar membosankan atau monoton.

n. Majas Retorika

Majas retorika merupakan seni berbahasa yang dimanfaatkan dalam komunikasi, terutama dalam bidang retorika dan seni berbicara serta menulis, guna memengaruhi, memastikan, atau memperkuat pesan yang ingin disampaikan kepada pendengar.

Majas retorika berfungsi untuk menciptakan dampak retoris yang kuat, memperkaya bahasa dan menjadikan pesan lebih menarik serta efektif.

Dalam majelis retorika, terdapat berbagai ragam gaya bahasa dan figur retoris seperti metafora, simili, hiperbola, eufemisme, ironi dan lain sebagainya yang dipergunakan untuk menciptakan daya tarik dan efek emosional dalam komunikasi.

Majas retorika bisa diterapkan dalam berbicara, menulis, pidato, serta tulisan formal lainnya untuk mencapai tujuan spesifik seperti meyakinkan, menghibur, mengajar, atau memotivasi pendengar.

o. Majas Aliterasi

Majas aliterasi merupakan suatu gaya bahasa yang melibatkan pengulangan bunyi konsonan awal yang serupa pada beberapa kata yang berurutan dalam suatu kalimat atau frasa.

Fungsi dari aliterasi ini adalah untuk menciptakan kesan irama, memperkuat impresi yang disampaikan, serta memberikan nuansa atau ritme yang khas pada teks.

Aliterasi seringkali dipergunakan dalam bidang sastra, puisi, musik dan retorika dengan tujuan menciptakan efek yang menarik, memberikan kehidupan pada teks dan memudahkan pengingatan oleh para pendengar atau pembaca.

2. Majas Pertentangan

Majas pertentangan adalah gaya bahasa yang memanfaatkan perbedaan atau kontrast tajam antara dua hal yang berlawanan dalam suatu kalimat atau frasa. Fungsinya adalah untuk menciptakan dampak retoris yang kuat, menekankan perbedaan, atau menggambarkan kontrast yang jelas.

Majas pertentangan sering digunakan dalam karya sastra, pidato dan komunikasi retoris untuk menciptakan efek kontras yang dramatis dan memperkaya pesan yang ingin disampaikan.

a. Majas Antitesis

Majas antitesis adalah gaya bahasa yang melibatkan penyatuan dua kata atau frasa yang memiliki makna bertentangan atau berlawanan dalam satu kalimat atau ungkapan.

Tujuannya adalah untuk menciptakan kontras yang tajam atau perbedaan yang jelas antara dua konsep, yang seringkali menghasilkan dampak retoris yang kuat.

Majas antitesis menghadirkan ketajaman dan kejelasan dalam kalimat atau ungkapan dan sering digunakan dalam bidang sastra, retorika, pidato, serta komunikasi persuasif untuk meningkatkan efek emosional dan pemahaman.

b. Majas Paradoks

Majas paradoks adalah gaya bahasa yang menggabungkan konsep yang saling bertentangan dalam satu pernyataan atau ungkapan.

Fungsinya adalah menciptakan ketidakharmonisan atau kebingungan dalam pikiran orang yang mendengar atau membaca, dengan sengaja menggabungkan elemen-elemen yang bertentangan.

Dalam sastra, filsafat dan retorika, paradoks sering digunakan untuk menyampaikan gagasan yang rumit, menyoroti ironi, atau memicu pemikiran kreatif.

Majas paradoks digunakan untuk memperdalam pemikiran, membingungkan pembaca atau pendengar dan mendorong mereka untuk mempertimbangkan aspek-aspek kompleks dari suatu konsep.

c. Majas Okupasi

Majas okupasi adalah teknik berbahasa yang digunakan ketika seseorang pura-pura menghindari atau mengesampingkan suatu topik, tetapi sebenarnya tetap mengungkapkannya dengan cara yang tersirat atau tidak langsung.

Dalam majas okupasi, penutur seakan-akan “mengesampingkan” suatu hal, namun mereka sebenarnya masih menyampaikan informasi tersebut dengan menghindar atau menyisipkannya dalam konteks yang berlainan.

Majas okupasi juga sering dipakai sebagai alat manipulasi retoris untuk mengalihkan perhatian atau menghindari pembicaraan mengenai topik yang sensitif.

 d. Majas Kontradiksio Inerminis

Majas kontradiksio interminis adalah gaya bahasa yang memanfaatkan konflik atau kontradiksi yang tak pernah berhenti dalam teks atau pernyataan. Dalam pengertiannya, kata “interminis” mengandung arti “tanpa henti” atau “terus-menerus,” sehingga majas ini mencerminkan pengulangan konflik atau kontradiksi dalam komunikasi.

e. Majas Anakronisme

Anakronisme adalah ketika elemen-elemen atau detail-detail dari periode waktu yang berbeda dimasukkan atau digunakan dalam konteks waktu atau lingkungan yang tidak sesuai dalam suatu narasi, cerita, atau karya seni.

Dalam kata lain, anakronisme adalah penempatan atau penggabungan elemen-elemen yang tidak cocok dengan waktu atau tempat yang digambarkan.

Terjadinya anakronisme bisa tidak sengaja, namun juga bisa disengaja sebagai bagian dari retorika, humor, atau ekspresi kreatif dalam karya sastra, seni visual, film, atau bahkan dalam percakapan sehari-hari.

Majas penekanan juga dikenal sebagai “repetisi penekanan,” adalah bentuk bahasa yang melibatkan pengulangan kata atau frasa dengan maksud untuk menyoroti lebih kuat suatu ide atau gagasan yang ingin ditekankan.

Pengulangan dalam majas penekanan digunakan untuk memperkuat pesan dan menggarisbawahi signifikansi suatu konsep dalam komunikasi.

4. Majas Sindiran

Majas sindiran merupakan bentuk ungkapan atau gaya bahasa yang dimanfaatkan untuk menyampaikan kritik atau sindiran secara tidak langsung, sering kali melalui penggunaan kata-kata yang memiliki makna ganda atau ironis.

Fungsi utama majas sindiran adalah untuk mengungkapkan pesan kritik atau ejekan kepada target tertentu tanpa harus mengungkapkannya secara langsung.

Penggunaan majas sindiran bisa diterapkan dalam beragam situasi, termasuk dalam sastra, pidato, atau bahkan dalam komunikasi sehari-hari.

Meskipun majas sindiran bisa memberikan sentuhan kreatif dan efektif dalam berkomunikasi, namun perlu diingat agar digunakan dengan bijak untuk menghindari menyakiti perasaan orang lain atau menimbulkan konflik.

Ciri – Ciri Majas Metafora

Metafora adalah salah satu gaya bahasa yang menghubungkan dua konsep yang berbeda dengan cara menggambarkan salah satu konsep sebagai yang lain, tanpa menggunakan kata-kata “seperti” atau “bagai”.

Dalam metafora, satu konsep dianggap sebagai lambang atau simbol dari konsep lainnya, yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih hidup atau bermakna. Beberapa karakteristik utama dari majas metafora adalah sebagai berikut:

1. Tidak menggunakan kata “seperti” atau “bagai”

Suatu karakteristik yang membedakan metafora adalah penyatuan dua konsep atau objek tanpa perlu menggunakan kata perbandingan seperti “seperti” atau “bagai,” yang merupakan perbedaannya dengan majas simile yang menggunakan kata-kata tersebut.

2. Penggabungan dua hal yang berbeda

Metafora adalah penyatuan dua konsep yang berbeda dengan membandingkannya untuk menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam atau menciptakan efek yang kuat.

3. Menciptakan perbandingan tersembunyi

Metafora sering kali mengungkapkan makna baru ketika dibaca atau didengarkan, walaupun perbandingan antara dua hal yang tidak segera jelas secara harfiah tersembunyi di dalamnya.

4. Memiliki dimensi kreatif

Metafora menggambarkan kreativitas pikiran karena menciptakan asosiasi baru antara objek atau konsep yang berbeda.

5. Memberikan gambaran yang kuat

Metafora memiliki kemampuan untuk menghasilkan gambaran yang kuat dan menarik dalam pikiran pembaca atau pendengar, menjadikan bahasa lebih hidup dan meningkatkan pemahaman.

6. Dapat memberikan penekanan

Metafora biasanya digunakan untuk menyoroti suatu konsep atau elemen khusus dalam komunikasi.

Penutup

Majas metafora merupakan salah satu bentuk majas perbandingan yang memiliki beragam contoh. Sebagai contoh, kita dapat mengatakan bahwa anak ini adalah bagian dari diri kita.

Dalam metafora, suatu objek diibaratkan sebagai representasi atau lambang dari objek lain, sehingga menciptakan gambaran yang lebih hidup dan bermakna. Oleh karena itu, jika anda mencari beberapa contoh majas metafora, contoh-contoh di atas dapat membantu anda sebagai referensi yang bermanfaat.

Selain itu, majas metafora juga dapat diinterpretasikan sebagai majas sindiran, kiasan, atau perumpamaan.

Salah satu fungsi penting dari majas metafora adalah untuk menyampaikan pesan dengan cara yang lebih imajinatif, membuat teks menjadi lebih menarik dan memikat pembaca dengan penggunaan perbandingan yang mengejutkan.

Majas metafora biasanya banyak digunakan dalam karya sastra seperti puisi atau prosa, serta sering ditemui dalam drama dan jenis tulisan lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *