Kisah Prof Dr Sulianti Saroso, Jadi Google Doodle Hari Ini

Dr Sulianti Saroso
Dr Sulianti Saroso ( YouTube )

Ilustrasi Prof Dr Sulianti Saroso tampak menonjol di Google Doodle hari ini. Apa kisah di balik Prof Dr Sulianti Saroso? Mari kita simak.

Pada hari ini, Google Doodle menghadirkan wajah Prof Dr Sulianti Saroso sebagai lambang penghargaan. karya visual dari seorang seniman bernama Lenny ini dihadirkan untuk memperingati hari kelahiran ke-106 Sulianti Saroso.

Prof Dr Sulianti Saroso dikenal sebagai salah satu dokter wanita pelopor di Indonesia yang memiliki kontribusi penting dalam evolusi sektor kesehatan tanah air.

Dengan sepenuh hati, ia berkomitmen membantu komunitas yang kurang beruntung agar bisa mengakses layanan kesehatan dengan lebih mudah.

Inilah ulasan mendalam tentang Prof Dr Sulianti Saroso yang menjadi sorotan di Google Doodle hari ini.

Siapa Prof Dr Sulianti Saroso?

Biografi Singkat

Berdasarkan informasi dari situs indonesia.go.id, Julie Sulianti Saroso dilahirkan di Karangasem, Bali pada tanggal 10 Mei 1917. Sulianti merupakan putri kedua dari Dr. M Sulaiman. Pekerjaan ayahnya yang seringkali berpindah membuat Sulianti menjalani pendidikan di berbagai tempat.

Dalam perjalanan pendidikannya, Sulianti belajar di europeesche lagere school (ELS) yang menggunakan bahasa belanda untuk pendidikan dasarnya.

Berlanjut di gymnasium bandung untuk pendidikan menengahnya dan menyelesaikan studi tingginya di geneeskundige hooge school (GHS), yang sebelumnya dikenal sebagai sekolah kedokteran stovia di Batavia. Pada tahun 1942, Sulianti berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan gelar dokter.

Setelah itu, Sulianti melanjutkan studinya di eropa dan amerika, di mana ia meraih beberapa gelar dalam bidang kesehatan masyarakat. Ia juga mendapat kesempatan dengan beasiswa dari world health organization (WHO) untuk menggali lebih dalam tentang kesehatan ibu dan anak di eropa.

Saat kembali ke indonesia, Sulianti memperkenalkan konsep keluarga berencana (KB) kepada warga indonesia dan menjadi bagian dari kementerian kesehatan dengan posisi sebagai kepala jawatan kesehatan ibu dan anak di yogyakarta.

Peran Sulianti Saroso dalam Bidang Kesehatan

Menginisiasi Program KB

Saat bertugas di Kemenkes, Sulianti memegang kendali atas program yang bertujuan meningkatkan kesehatan perempuan, anak dan masyarakat desa.

Di Jogja dia berperan aktif sebagai seorang aktivis, mengemukakan ide-idenya tentang edukasi seksual, alat kontrasepsi, serta pengaturan kehamilan dan kelahiran lewat RRI yogyakarta dan kedaulatan rakyat.

Menurut Sulianti, hubungan antara kemiskinan, malnutrisi, kesehatan ibu-anak yang kurang baik dan kelahiran yang tak terencana adalah hal yang jelas dan tidak memerlukan perdebatan.

Akan tetapi, upayanya tersebut mendapatkan respons besar. Banyak yang menentang ide Sulianti dalam seminar yang ia adakan bersama tenaga medis dan kelompok keagamaan.

Akhirnya Sulianti ditugaskan di jakarta, menjabat sebagai direktur kesehatan ibu dan anak di kantor pusat kemenkes. Walau mendapat sedikit dukungan dari pejabat kementerian, Sulianti tidak menyerah memajukan konsepnya tentang program KB.

Ia bersama aktivis perempuan lainnya, mendirikan yayasan kesejahteraan keluarga (YKK) yang mengawali layanan KB di berbagai klinik swasta di berbagai kota.

Selain itu, Sulianti menciptakan sebuah model layanan kesehatan ibu dan anak dengan mendirikan pos layanan di lemah abang, bekasi. Pos tersebut tidak hanya menyediakan layanan medis untuk ibu dan anak, tapi juga mendukung kehidupan sehat dan bahagia bagi mereka.

Pakar Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular

Pada dekade 1960, Sulianti mendapatkan kesempatan beasiswa di tulane medical school, louisiana dan berhasil memperoleh gelar MPH dan PhD dengan penelitian tentang E. Coli.

Setelah menyelesaikan studi doktoralnya, Sulianti mendapat kesempatan untuk bergabung di kantor pusat WHO di swiss, tetapi dilarang untuk pindah ke swiss oleh menteri kesehatan indonesia saat itu.

Selanjutnya, Sulianti diberikan tanggung jawab sebagai dirjen pencegahan, pemberantasan dan pembasmian penyakit menular (P4M) di kemenkes dan tetap mendapat izin untuk berkontribusi di WHO.

Dia segera ditugaskan menangani wabah virus cacar dan berkat usahanya, indonesia akhirnya dapat dinyatakan bebas dari wabah tersebut.

Meski telah pensiun dari jabatan dirjen, Sulianti tetap aktif di WHO dan diangkat menjadi pengawas di pusat penelitian diare di dakka, bangladesh.

Di tanah air ia diangkat sebagai staf ahli menteri dan terus berbagi pemikiran mengenai pengendalian penyakit menular, KB, serta kesehatan ibu dan anak yang lambat laun diintegrasikan ke dalam kebijakan pemerintah.

Warisan Sulianti Saroso

Sulianti selalu berusaha keras untuk mengubah RS karantina tanjung priok menjadi RS pusat infeksi (RSPI) yang dilengkapi dengan teknologi canggih, peralatan terbaru dan tenaga ahli yang berkualitas.

Dengan mengembangkan RSPI, harapannya adalah agar RS karantina tanjung priok dapat dijadikan sebagai pusat rujukan serta pusat pendidikan dan pelatihan di bidangnya.

Sayangnya, sebelum pembangunan RSPI dimulai, Sulianti meninggal pada tahun 1991. Sebagai bentuk penghargaan atas kontribusinya, rumah sakit tersebut diberi nama resmi “Sulianti Saroso” saat diresmikan pada 1995.

Itulah sedikit tentang Prof. Dr. Sulianti Saroso, sosok di balik Google Doodle hari ini. Semoga informasinya bermanfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *